MAKALAH
“Paradigma dan Teori Dalam Penelitian
Kuantitatif”
Disusun
guna memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian Kuantitatif
Dosen
pengampu : Drs. H. Ahmad Rohani HM., M.Pd.
Disusun
oleh :
Nur
Rizki S. (31501402113)
Vellanofa (31501402150)
Program Studi Agama Islam
Jurusan Tarbiyah
Fakultas Agama Islam
Universitas Islam Sultan Agung
Semarang
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur
marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak memberikan nikmat
kepada kita semua. Rahmat beserta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita, Baginda Nabi Agung Muhammad SAW yang
senantiasa kita nantikan syafaat di yaumul qiyamah kelak. Aamiin.
Makalah yang berjudul “Paradigma dan Teori
Dalam Penelitian Kuantitatif ”
ini kami bahas guna memenuhi tugas mata kuliah Metode
Penelitian Kuantitatif, serta agar mahasiswa dan mahasiswi mampu memahami dan menerapkan paradigma dan teori dalam
penelitian kuantitatif bidang PAI. Selanjutnya, penyusun mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan-pengarahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa kepada
Bapak Drs. Ahmad Rohani HM, M.Pd.
selaku dosen mata kuliah Metode Penelitian Kuantitatif untuk dapat memberikan saran kepada kami
agar penyusunan makalah ini dapat lebih baik lagi.
Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb
Semarang, September
2016
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Disadari
betapa rumitnya memahami dan mengerti, apabila mengaplikasikan meode penelitian
ilmiah. Karena dalam mengaplikasikannya memerlukan pengetahuan secara
menyeluruh dari awal perencanaan hingga penyusunan laporan akhir hasil
penelitian tersebut. Maka dari itu penyusun mencoba untuk menulis tentang dasar
penelitian berupa paradigma dan teori penelitian.
Dalam
penelitian kualitatif yang bersifat naturalistik, fungsi paradigma dan teori
bukan dalam rangka membentuk fakta, melakukan prediksi, dan menunjukan hubungan
dua variable sebagaimana dalam penelitian kuantitatif, melainkan lebih banyak
untuk mengembangkan konsep dan pemahaman serta kepekaan peneliti.
Gambaran
secara umum, paradigma dipandang sebagai suatu pandangan hidup (word view) yang
dimiliki seorang peneliti yang dengan itu ia memiliki kerangka berfikir,
asumsi, teori, proposisi dan konsep terhadap suatu permasalahan penelitian yang
dikaji. Sedangkan teori ialah seperangkat pernyataan yang secara sistematis
saling berkaitan. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam makalah kami berikiut
ini.
A.
Apa Pengertian dan Bentuk-bentuk Paradigma
Penelitian Bidang PAI ?
B.
Apa Pengertian dan Kegunaan Teori Dalam
Penelitian Bidang PAI ?
A.
Untuk Mengetahui Pengertian dan
Bentuk-bentuk Paradigma Penelitian Bidang PAI
B.
Untuk Mengetahui Pengertian Kegunaan Teori
Dalam Penelitian Bidang PAI
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah
paradigma pertama kali dikemukakan oleh Thomas S. Kuhn dalam The Structure of
Scientific Revolutions yang diterbitkan tahun 1970 pada edisi kedua.
Menurutnya, paradigma merupakan pandangan hidup (world view) yang dimiliki oleh
para ilmuwan dalam suatu disiplin ilmu tertentu. Sedangkan pada tahun yang sama
Robert A. Friedrichs dalam bukunya Sociology of Sociology mengatakan bahwa
paradigma sebagai suatu gambaran yang mendasar mengenai pokok permasalahan yang
dipelajari dalam suatu disiplin. Pada tahun 1982, Bogdan dan Biklen dalam
Qualitative Research for Education; An Introduction to Theory and Methods,
memaknai paradigm sebagai kumpulan lepas dari asumsi, konsep, atau proposisi
yang disatukan secara logis yang mengarahkan pikiran dan jalannya penelitian.
Dari
pendapat beberapa ahli tersebut, dapat kita pahami bahwa paradigma diartikan
sebagai pandangan dunia yang dimiliki seorang peneliti yang dengan itu dia
memiliki kerangka berpikir, asumsi, teori, atau proposisi dan konsep terhadap
suatu permasalahan penelitian yang dikaji.
Dalam
penelitian kuantitatif/positivistic, yang dilandasi pada suatu asumsi bahwa
suatu gejala itu dapat diklasifikasikan, dan hubungan gejala bersifat kausal
(sebab akibat), maka peneliti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan
kepada beberapa variable saja. Pola hubungan antara variable yang akan diteliti
tersebut selanjutnya disebut paradigm penelitian.
Jadi,
paradigma penelitian dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang
menunjukkan hubungan antara variable yang akan diteliti yang sekaligus
mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui
penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah
hipotesis, dan teknik analisis statistic yang akan digunakan. Berdasarkan hal
ini, maka bentuk-bentuk paradigma atau model penelitian khususnya kuantitatif
untuk penelitian survey diantaranya :
Paradigma ini terdiri atas satu variable indepenpen
dan dependen
Berdasarkan
paradigma tersebut, maka dapat ditentukan bahwa :
a. Jumlah
rumusan maslah deskriptif ada dua, dan asosiatif ada satu, yaitu :
1) Rumusan
masalah deskriptif (dua)
a) Bagaimana
kualitas guru? (X)
b) Bagaimana
prestasi belajar murid? (Y)
2) Rumusan
masalah asosiatif/hubungan (satu)
Bagaimana hubungan atau
pengaruh kualitas alat dengan kualitas barang yang dihasilkan.
b. Teori
yang digunakan ada dua, yaitu teori tentang media pendidikan dan prestasi
belajar.
c. Hipotesis
yang dirumuskan ada dua macam, yaitu hipotesis deskriptif dan hipotesis
asosiatif (namun hipotesis deskriptif sering tidak dirumuskan).
1) Dua
hipotesis deskriptif
a) Kualitas
media yang digunakan oleh lembaga pendidikan tersebut telah mencapai 70% baik.
b) Prestasi
belajar siswa lembaga pendidikan tersebut telah mencapai 99% dari yang
diharapkan.
2) Hipotesis
asosiatif
3) Ada
hubunga yang positif dan signifikan antara kualitas media pendidikan dengan
prestasi belajar murid. Hal ini berarti bila kualitas media pendidikan ditingkatkan,
maka prestasi belajar murid akan meningkat pada gradasi yang tinggi (kata
signifikan hanya digunakan apabila hasil uji hipotesis akan digeneralisasikan
ke populasi di mana sampel tersebut diambil).
d. Teknik
analisis data
Berdasarkan rumusan masalah
dan hipotesis tersebut, maka dapat dengan mudah ditentukan teknik statistic
yang digunakan untuk analisis data dan menguji hipotesis.
1) Untuk
dua hipotesis deskriptif, bila datanya berbentuk interval dan ratio, maka
pengujian hipotesis menggunakan t-test one sampel.
2) Untuk
hipotesis asosiatif, bila data kedua variable berbentuk interval atau ratio,
maka menggunakan teknik statistic korelasi product moment.
Dalam paradigma ini terdapat lebih dari dua variable,
tapi hubungannya masih sederhana. Teknik yang digunakan yaitu teknik korelasi
sederhan dan bisa juga regresi.
Paradigma sederhana menunjukkan hubungan antara satu
variable independen dengan satu variable dependen secara berurutan. Untuk
mencari hubungan antara variable (X1 dengan X2; X2
dengan X3; dan X3 dengan Y) naik turun harga Y
dapat di prediksi melalui persamaan regresi Y atau X3, dengan persamaan
Y= a + bX3. Berdasarkan contoh tersebut dapat dihitung jumlah
rumusan masalah, deskriptif dan asosiatif.
Dalam paradigma ini terdapat dua variable independen
dan satu dependen. Dalam paradigma ini terdapat juga 3 rumusan masalah
deskriptif, dan 4 rumusan masalah asosiatif (3 korelasi sederhana dan 1
korelasi ganda). Teknik yang digunakan adalah teknik korelasi sederhana dan
korelasi ganda.
X1 dan X2 dan satu variable
independen Y. untuk mencari hubungan X1 dengan X2 dan Y
menggunakan teknik korelasi sederhana. Untuk mencari hubungan X1
dengan X2 secara bersama-sama terhadap Y menggunakan korelasi ganda.
Dalam paradigma ini terdapat tiga variable independen
(X1,X2,X3) dan satu dependen (Y). Rumusan
deskriptif ada 4 dan rumusan masalah asosiatif (hubungan) untuk yang sederhan
ada 6 dan yang ganda minimal 1. Teknik yang digunakan bisa teknik korelasi
sederhana,korelasi ganda, regresi sederhana, korelasi ganda, dan korelasi
parsial
untuk mencari besarnya hubungan antara X1
dengan Y; X2 dengan Y; X3 dengan Y; X1 dengan
X2; X2 dengan X3; dan X1 dengan X3
dapat menggunakan korelasi sederhana. Untuk mencari besarnya hubungan antara X1
secara bersama-sama dengan X2 dan X3 terhadap Y digunakan
korelasi ganda.
Paradigma ini terdapat satu variable independen dan
dua dependen. Teknik yang digunakan adalah teknik korelasi sederhana dan
regresi.
Untuk mencari besarnya hubungan antara X dan Y1,
dan X dengan Y2 digunakan teknik korelasi sederhana. Demikian juga
untuk Y1 dan Y2.
Dalam paradigma ini terdapat dua variable independen
dan dua variable dependen. Terdapat 4 rumusan masalah deskriptif, dan 6 rumusan
masalah hubungan sederhana. Korelasi dan regresi sederhana serta ganda dapat
digunakan dalam paradigma ini.
X1 = keindahan kampus Y1
= jumlah pendaftaran
X2 = pelayanan sekolah Y2
= kepuasan pelayanan
Hubungan antara variabel r1, r2,
r3, r4, r5, dan r6 dapat dianalisis
engan korelasi sederhana. Hubungan antara X1 bersama-sama dengan X2
terhadap Y1 dan X1 dan X2 bersama-sama
terhadap Y2 dapat dianalisis dengan korelasi ganda. Analisis regresi
sederhana maupun ganda dapat juga digunakan untuk memprediksi jumlah.
Dalam paradigma ini terdapat 4 rumusan masalah
deskriptif dan 6 rumusan masalah hubungan. Teknik analisis statistic yang
digunakan dinamakan path analysis (analisis jalur). Analisis dilakukan dengan
menggunakan korelasi dan regresi sehingga dapat diketahui untuk sampai pada
variable dependen terakhir, harus lewat jalur langsung atau melalui variable
intervening.
Sebetulnya
bentuk paradigma yang lain masih ada dan
cukup banyak serta contoh-contoh yang diberikan terutama terkait dengan teknik
statistic yang digunakan. Teknik statistic
yang bersifat menguji perbedaan tidak ada pada paradigma yang sudah
dibahas, akan tetapi lebih tampak pada paradigma penelitian dengan metode
eksperimen.
Teori adalah konsep-konsep dan
geeralisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan
teoritis untuk pelaksanaan penelitian (Sumadi Subryabra, 1990). Adanya landasan
teoritis ini merupakan cirri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk
mendapatan data.
Neumen dalam, (Sugiyono,
2013), “Researchers use theory differently ini various type of
research, but some type of theory is present in most social research”
Kerlinger 1978 dalam,
(Sugiyono, 2013), mengemukakan bahwa“Theory is a set of interrelated
construct (concepts), definitions and proposition that present a systematic
view of phenomena by specifiying relations among variables with purpose of
explaining and predicting the phenomena.”. Teori adalah seperagkat konstruk
(kosep), denfinisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara
ssitematik, melalui spesifikasi hubungan nantara variabel, sehingga dapat
berguna untuk menjeaskan dan meramalkan fenomena.
Snelbecker 1974:31 dalam Lexi
Moleong (1988) mendefinisikan teori sebagai seperangkat proposisi yang
berinteraksi secara sintaksi (yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat
dihubungkan secara logis dengan lainnya dengandata atas dasar yang diamati) dan
fungsinya sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang
diamati.
Marx dan Goodson 1976:235 dalam Lexi
Moleong (1988) menyatakan bahwa teori adalah peraturan yang menjelaskan
proposisi atau seperangkat proposisi yang berkaitan dengan beberapa fenomena
alamiah yang terdiri atas representasi simbolik dari (1) hubungan-hubungan yang
dapat diamati diantara kejadian-kejadian yang dapat diukur. (2) mekanisme atau
struktur yang diduga mendasari hubungan-hubungan demikian, dan (3)
hubugan-hubungan yang disimpulkan serta manifestasi hubungan empiris apapun
secara langsung.
Glaser dan Stratuss 1967:1,3,35
dalam Lexi Moleong (1988) membobolkan konsep dasar teori klasik dengan
menyodorkan rumusan teori dari dasar, yaitu teori yang berasal dari data dan
yang diperoleh secara analitis dan sistematis melalui metode komparatif.
Wiliam Wiersama 1986 dalam,
(Sugiyono, 2013), mengemukakan teori adalah generalisasi atau kumpulan
generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara
sistemetis.
Copper dan Schindler 2003, dalam
(Sugiyono,2013), mengemukakan teori adalah seperangkat konsep, definisi dan
proposisi yang tersususn secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk
menjelaskan dan meraalkan fenomena.
Sitirahayu Haditono 1999, dalam
(Sugiyono, 2013), menyataan bahwa suatu teori akan memperoleh arti yang penting
,bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan, dan meramalkan gejala yang
ada.
Mark 1963, dalam (Sitirahayu
Haditono, 1999), membedakan ada tiga macam teori. Ketiga teori yang dimaksud
berhubungan dengan data empiris, antara lain :
Teori yang deduktif : memberi
keterangan yang dimulai dari suatu pemikiran atau pikiran spekulatif tertentu
kearah data akan diterangkan.
Teori yang induktif: adalah
cara menerangkan dari data kea rah teori. Dalam bentuk ekstrim titik
pandangyang positivistic ini dijumpai pada kaum behaviorist.
Teori fungsional: di sini
tampak suatu interaksi pengaruh antara data dan pemikiran teoritis, yaitu data
mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data.
Berdasarkan tiga pandangan ini dapat
disimpulkan bahwa teori dapat dipandang sebagai berikut.
1. Teori menuju pada sekelompok hukuman
yang tersusun secara logis.
2. Suatu teori juga dapat merupakan
suatu rangkuman tertulis mengenai suatu kelompok yang diperoleh secara empiris
dalam suatu bidang tertentu.
3. Suatu teori juga data menujukan pada
suatu cara meneragkan yang menggeneralisasi.
Berdasarkan data tersebut diatas
secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu teori adalah suatu
konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau system pengertian ini diperoleh
melalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila
tidak, dia bukan suatu teori.
Teori semacam ini mempunyai dasar
empiris. Suatu teori dapat memandang gejala yang dihadapai dari sudut yang
berbeda-beda misalnya dapat dengan menerangkan, tetapi dapat pula dengan
menganalisa dan menginterperetasi secara kritis (Hambers, 1968)
Teori adalah jalur logika atau
penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang
disusun secara sisitematis. Secara umum teori mempunyai tiga fungsi yaitu untuk
menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction) dan mengendalikan (control)
suatu gejala.
Dalam bidang administrasi pendidikan
Hoy & Miskel 2001, dalam (Sugiyono, 2013), mengemukaka definisi teori yaitu
“Theory in administration, however has the same role as theory in physics, chemistry
or biology, that is providing general ekplanations and guiding research.
Selanjutnya didefinisikan bahwa teori adalah seperangkat konsep, asumsi dan
generalisai yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan prilaku
dalam berbagai organisasi.
Berdasarkan yang dikemukakan Hoy
& Miskel (2001) tesebut dapat dikemukaka bahwa ,
1. Teori itu berkenaan dengan konsep,
asumsi dan generalisasi yang logis.
2. Berfungsi untuk
mengungkapkan,menjelaskan dan memprediksi perilaku yang memiliki keteraturan,
3. Sebagai stimulant dan panduan untuk
mengembangkan pengetahuan.
Selanjutnya Hoy & Miskel (2001)
mengemukan bahwa komponen teori meliputi konsep dan asumsi. Konsep merupakan
istilah yang bersifat abstrak dan bermakna genelaisasi. Sedangkan asumsi
merupakan pernyataan diterima kebenarannya tanpa pembuktian
Numan (2003)
mengemukakan tingkatan teori (level of theory) menjadi tiga yaitu, micro, meso,
macro. Micro level theory : small slices of time, space, or a number of people.
The concept are usually not very abstract. Meso-level theory : attempts to link
macro and micro levels or to operate at an intermediate level. Contoh : teori
organisasi dan gerakan sosial, atau komunitas tertentu. Macro level theory :
concerns the operation of larger aggregates such as social institutions, entire
culture systems, and whole societies. It us more concepts that are abstract.
Selanjutnya fokus
dibedakan menjadi tigas yaitu teori subtantif, teori formal, dan midle range
theory. Substantive theory is developed for a specific area of social concern,
such as delinquent gangs, sirikes, diforce, or ras relation. Formal theory is
developed for a broad conceptual area in generasl theory, such as deviance,
socialization, or power. Mildel range theory are slinghtly more abstract than
empirical generalization or specific hypotheses. Milde range theories can be
formal or substantive. Milde range theory is principally used in sociology to
guide empirical inquiry.
Teori yang
digunakan untuk merumuskan hipotesis yang akan diuji melalui pengumpulan data
adalah teori subtantif, karena teori ini lebih fokus berlaku untuk objek yang
akan diteliti.
Cooper and Schindler
(2003) menyatakan bahwa kegunaan teori dalam penelitian adalah
1. Theory
narrows the range of fact we need to study
2. Theory
suggest which research approaches are likely to yield the greatest meaning
3. Theory
suggest a system for the research to impose on data in order to classify them
in the most meaningful way
4. Theory
summarizes what is known about object of study and states the unifromities that
lie beyond immediate observation
5. Theory
can be used to predict further fact that should be found
Wiliam
Wiesrma (1986) menyatakan bahwa “Basically, theory helps provide a frame work
by serving as the point of departure for pursuit of a research problems. The
theory identifies the crucial factors. It provides a guide for systematizing
and interrelating the various facets of research. How ever, besides providing
the systematic view of the factors under study, the theory also may very well
identify gaps, weak points, and inconsistencies that indicate the need for
additional research. Also, the development of theory may light the way for
continued research on the phenomena under study. Another function of theory is
provide on or more generalization that can be test and used in practical
applications and further research”
Semua
penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal
teori. Dalam penelitian kuantitatif teori yang digunakan haruslah sudah jelas
karena teori disini gunanya untuk memperjelas masalah yang diteliti sebagai
dasar untuk merumuskan hipoteisi dan sebagai refrensi untuk menyusun instrument
penelitian.oleh karena itu landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif
harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai.
Pohon
teori-teori sangat luas dan dapat disusun ke dalam pohon teori pendidikan.
Teori-teori
pendidikan dapat dibagi menjadi teori umum pendidikan dan teori khusus
pendidikan. Dimana teori umum pendidikan di bagi lagi menjadi
filsafat-filsafat pendidikan dan ausland pedagogic (studi pendidikan luar
negeri). Sedangkan teori khusus pendidikan dapat dibagi menjadi teknologi
pendidikan dan ilmu pendidikan. Teknologi pendidikan dapat
di bagi menjadi : manajemen pendidikan, pengembangan kurikulum, model-model
belajar mengajar dan evaluasi pendidikan. Ilmu pendidikan dapat
dibagi menjadi ilmu pendidkan makro dan mikro.
Selanjutnya
redja mudyahardjo, (2002) mengemukakan bahwa, sebuah teori pendidikan adalah
sebuah system konsep yang terpadu, menerangkan dan prediktif tentang
peristiwa-peristiwa pendidikan. Sebuah teori ada yang berperan sebagai asumsi
atau titik tolak pemikiran pendidikan, dan ada pula yang berperan sebagai
definisi atau keterangan yang menyatakan makna. Asumsi pokok pendidikan adalah:
1. pendidikan adalah actual, artinya
pendidikan bermula dari kondisi-kondisi actual dari individu yang belajar dan
lingkungan belajarnya
2. Pedidikan adalah normative, artinya
pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yang baik atau norma-norma yang baik.
Pendidikan adalah suatu proses
pencapaian tujuan, artinya pendidikan adalah serangkaian kegiatan yang bermula
dari kondisi-kondisi actual dari individu yang belajar, tertuju pada pencapaian
individu yang diharapkan.
Dalam
kaitannya dalam kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang pertama yang
digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk
variable yang akan di teliti. Fungsi teori yang kedua (prediksi dan pemandu
untuk menemukan fakta) adalah untuk merumuskan hipotesis dan menyusun
instrument penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan
yang bersifat prediktif. Fungsi teori
yang ketiga (control) digunakan mencandra dan membahas hasil penelitian
sehingga selanjutnya digunakan untuk
memberikan saran dalam upaya pemecahan masalah.
Dalam
landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori, dan kerangka berfikir,
sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrument penelitian.
Deskripsi
teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (dan
bukan sekedar pendapat apakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian
yang relevan dengan variable yang diteliti. Dalam suatu penelitian terdapat
tiga variable independen dan satu dependen maka kelompok teori yang perlu
dideskripsikan ada empat kelompok teori yaitu kelompok teori yang berkenaan
dengan tiga variable independen dan satu dependen. Oleh karena itu semakin
banyak variable yang diteliti maka akan semakin banyak teori yang dikemukakan.
Teori-teori
yang dideskripsikan dalam proposal maupun laporan penelitian dapat digunakn
sebagai indikator apakah peneliti menguasai teori dan konteks yang diteliti
atau tidak. Variable-variabel penelitian yang tidak dapat dijelaskan dengan
baik, baik dari segi pengertian maupun kedudukan dan hubungan antara variable
yang diteliti menunjukkan bahwa peneliti tidak menguasai teori dan konteks
penelitian.
Untuk
menguasai teori, maupun generalisasi-generalisasi dari hasil penelitian maka
peneliti harus rajin membaca.untuk dapat membaca dengan baik maka peneliti
harus mengetahui sumber-sumber bacaan. Sumber-sumber bacaan harus memenuhi tiga
kriteria yaitu relevansi, kelengkapan, dan kemutakhiran (kecuali penelitian
sejarah). Relevansi berkenaan dengan kecocokan antara variable yang diteliti
dengan teori yang di kemukakan, kelengkapan berkenaan dengan banyaknya sumber
yang dibaca, kemutakhiran berkenaan dengan dimensi waktu.
Langkah-langkah
untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut :
1. Tetapkan
nama variable yang diteliti, dan jumlah variabelnya.
2. Cari
sumber-sumber bacaan yang sebanyak-banyaknya dan relevan sengan setiap variable
yang diteliti.
3. Liah
daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variable
yang akan diteliti
4. Cari
definisi setiap variable yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan,
bandingkan anatara satu sumber dengan sumber yang lain, dan pilih definisi yang
sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5. Baca
seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variable yang akan diteliti, lakukan
analisa, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasan sendiri tentang isi
setiap sumber data yang dibaca.
6. Deskripsikan
teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber kedalam bentuk tulisan dan Bahasa
sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau digunakan sebagai landasan
untuk mendeskripsikan teori harus dirumuskan.
Paradigma
penelitian diartikan sebagai pola piker yang menunjukkan hubungan antara
variable yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah
rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan
untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis dan teknik analisis
statistic yang akan digunakan. Model penelitian kuantitatif atau model
paradigma khususnya untuk penelitian mempunyai banyak bentuk diantaranya
paradigma sederhana, paradigma sederhana berurutan, paradigma paradigma ganda
dengan dua variable independen, paradigma ganda dengan tiga variable independen,
paradigma ganda dengan dua variable dependen, paradigma ganda dengan dua
variable independen dan dua dependen, dan paradigma jalur.
Teori adalah jalur logika atau
penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang
disusun secara sisitematis. Secara umum teori mempunyai tiga fungsi yaitu untuk
menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction) dan mengendalikan (control)
suatu gejala. Sesungguhnya teori sangatlah luas dan dapat disusun dalam pohon
teori pendidikan. Teori pendidikan dapat disusun dalam bentuk pohon ilmu
pendidika. Akar dari ilmu pendidikan dikembangkan dari ilmu-ilmu tingkah laku,
biologis, fisiologis, psikologis, sosiologis, antropologis, dan ekonomi. Di
dalam kegunaan teori dalam pendidkan, teori-teori khusus pendidikan di bagi
menjadi dua yaitu teknologi pendidikan dan ilmu pendidikan. Didalam ilmu
pendidikan terbagi lagi menjadi dua yaitu micro dan makro, didalam ilmu
pendidikan micro terbagi menjadi ilmu mendidik khusus dan umum. Untuk
menguasai teori, maupun generalisasi-generalisasi dari hasil penelitian maka
peneliti harus rajin membaca, Sumber-sumber bacaan haruslah memenuhi tiga
kriteria yaitu relevansi, kelengkapan, dan kemutakhiran (kecuali penelitian
sejarah)
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono.
2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Imam Suprayogo & Tobroni. 2003. Metodologi penelitian sosial-agama.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar